Sabtu, 21 Juli 2012

Situs Bangunan Kuno Di Kayangan Api

Berbuncah perasaan saya ketika berkunjung ke Wisata Kayangan Api yang berada di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro – Jawa timur. 

Karena selain di sana terdapat wisata utama berupa gas alami yang senantiasa menyemburkan api dan panasnya yang tak kunjung padam. Juga terdapat situs yang bersejarah yang konon berupa  bangunan candi.


Namun ketika berada disana,  sosok bangunan candi  itu ternyata tak ada. Yang ada hanyalah beberapa batu bata yang berwarna merah dan berukuran cukup besar. Batu bata merah itulah yang merupakan bukti  jejak bangunan bersejarah itu dari hasil penggalian dan eksavakasi oleh  para  ahli arkeologi  pada tahun 2010. 

Mengutip data dari sumber berita Antara,  ekskavasi dilakukan sejak 13 hingga 19 Juli 2011 itu  dengan membuka 30 galian seluas 40 x 35 meter. Ekskavasi dengan kedalaman 0,50 meter dilakukan untuk meneruskan lima galian di lokasi setempat. Tempat tersebut berisi tumpukan batu bata kuno yang ditemukan pada tahun 2010.

Berdasarkan lima galian itu, Tim UI yang diketuai dosen UI, Dr Ali Akbar, yang melakukan pemetaan sebelumnya dan memprediksi bahwa di bawah tumpukan batu bata kuno tersebut terdapat sebuah bangunan berupa candi kuno.

Selama sepekan,  tim yang melakukan ekskavasi masih belum berani mengambil kesimpulan mengenai hasil penggalian. Ketika penggalian berlangsung dua hari,  tim melakukan perekaman arkeologi di 30 galian, yang lebarnya masing-masing 2,5 x 2,5 meter. Di sebagian besar galian ditemukan tumpukan batu bata kuno.

Saat itu tim belum bisa menentukan apakah tumpukan batu bata kuno ini merupakan bangunan rumah, candi, atau hanya tumpukan batu bata dari sebuah jalan.
Alasannya, selama ekskavasi belum ditemukan titik tengah atau patokan yang bisa menggambarkan tumpukan batu bata kuno tersebut.Tiap-tiap batu bata kuno yang ditemukan tersebut memiliki panjang 30 sentimeter dan lebar 15 sentimeter dengan ketebalan 5 sentimeter. Batu bata itu lebih lebar dibandingkan batu bata di era sekarang ini. 

Di semua galian tersebut, selain ditemukan batu bata warna merah, juga ditemukan batu bata warna putih yang berasal dari batu gamping dan jumlahnya berkisar 10 persen dari keseluruhan.

Dalam penggalian itu, tim Arkeologi juga menemukan besi yang sudah berkarat dengan panjang 30 sentimeter yang mirip sebuah tombak. 

Tim UI dalam ekskavasi itu terdiri lima dosen UI, yaitu, Dr Ali Akbar, Dr R Cecep Eka Permana, Dian Sulistyowati, Agi Ginanjar, dan Isman Pratama Nasution, dibantu 15 mahasiswa jurusan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Studi Arkeologi UI.

Saat ini deretan batu bata kuno yang tampak berserakan itu berada di sebelah timur lokasi api abadi dan di bawah naungan  pepohonan jati. Pada salah satu pohon jati itu  terdapat petilasan Mpu Kriya Kusuma. Konon, Mpu Kriya Kusuma adalah seorang pembuat keris yang sakti dan mandraguna pada masa kerajaan Majapahit.
  
Batu bata itu berderet memanjang yang terpisahkan oleh seruas jalan berpaving di bagian tengahnya. Bisa jadi keberadaan jalan paving ini  telah merusak kawasan  situs candi itu karena pada saat pembangunannya dulu  mungkin telah ditemukan dan diketahui tentang adanya batu-batu bata itu.
Bila Petilasan Mpu Kriyo Kusuma dilindungi dengan pagar besi, namun tidak demikian halnya dengan batu-batu bata itu yang dibiarkan terlantar begitu saja tanpa ada papan informasi yang menjelaskan bahwa batu-batu itu merupakan situs bersejarah.

Bagi pengunjung  wisata ini yang belum tahu tentang sejarah keberadaan batu bata itu, mungkin mereka akan menganggapnya sebagai onggokan  batu biasa saja yang tak bermakna.  Tanpa adanya pagar pelindung, bisa  jadi juga mereka akan melangkahkan kaki dengan leluasanya  sambil menginjak batu-batu bata itu.




Artikel-artikel Menarik lainnya bisa Anda baca 

di Link berikut ini :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar