Rabu, 31 Oktober 2012

Candi Gentong Yang Misterius Di Trowulan - Mojokerto


Bagai Puzzle yang tercerai-berai dan berantakan. Begitulah kesan pertama saya ketika melihat candi Gentong. Candi ini cukup unik karena selain dibangun dengan menggunakan batu bata yang terbuat dari tanah liat, juga karena bentuknya yang tidak jelas.

Candi Gentong hanya berupa tumpukan batu bata yang berserakan  di berbagai tempat.Tak ada arca,  relief dan benda-benda kuno lainnya yang bisa dijumpai di tempat itu.
 

Walau begitu, pada setiap harinya Candi gentong banyak dikunjungi oleh wisatawan yang biasanya juga melanjutkan kunjungannya ke Candi Brahu yang hanya berjarak sekitar 10 meter ke arah selatan.


Candi Gentong ini berada di Dukuh Jambu Mete  -  Desa Bejijong , Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto -  Jawa Timur.Untuk memasuki lokasi candi Gentong ini tak ada tiket masuk, hanya memberi uang seikhlasnya saja sebagai pengganti tiket masuk kepada petugas candi yang berada di pos di dekat pintu masuk.

Setelah itu pengunjung bisa langsung menuju ke lokasi candi yang berada di bawah naungan dua bangunan berbentuk pendopo yang terbuat dari baja dan atapnya yang menggunakan lembaran seng. Sebuah papan berisi informasi tentang Candi gentong  terdapat di sekitar candi.

Berada di dalam bangunan pendapa itu hanya terdapat tumpukan batu bata yang berserakan di berbagai tempat. Sebagian ada yang sudah tersusun dengan rapi dan ada juga yang berserakan begitu saja. Batu bata itu ada yang lokasinya berada di dalam tanah dan ada juga yang berada di atas tanah. Banyak dari batu bata  itu yang bercampur dengan adonan tanah liat sebagai bahan pembuatnya yang telah mengering.

Candi Gentong ini pernah dilakukan openelitian oleh berbagai pihak .Dalam rangkaian penelitian untuk merekontruksikan Kota Kerajaan Majapahit, Maclaine Pont menyebutkan bahwa Candi Gentong merupakan salah satu dari tiga candi yang berderet dengan arah bujur barat ke timur yaitu Candi Gedong, Candi Tengah dan Candi Gentong. Namun kedua candi lain tersebut sekarang sudah tidak ada wujud dan bekasnya lagi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Break Session :

Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
  






================================================================

 Dalam tulisan Verbeek pada tahun 1889 Candi Gentong masih terlihat bangunannya. Tetapi  pada tahun 1907 dalam tulisan Knebel, Candi Gentong sudah tidak tampak bentuk dan wujudnya lagi karena hanya  tinggal berupa gundukan.

Usaha pelestarian terhadap Candi Gentong telah dilakukan selama 6 tahun mulai Tahun Anggaran 1995 sampai dengan 2000 dan masih terus berjalan pada Tahun Anggaran 2001. Hasil yang dapat dicapai yaitu menampakkan Struktur Candi Gentong I dan Candi Gentong II serta usaha-usaha pelestariannya.

Selain itu pada lembaran informasinya juga ditemukan benda-benda kuno berupa beberapa buah stupika yang saat ini disimpan di Museum Mojopahit - Mojokerto .Berdasarkan konsep tata ruang dan didukung oleh temuan-temuan artefaktual yang bersifat Budhis, menunjukkan  bahwa konsep tata ruang Candi Gentong adalah Mandala stupa, yaitu pembagian ruang yang terdiri dari pusat dikelilingi oleh ruangan-ruangan lain yang lebih kecil.

Namun bagi orang awam yang melihat apa yang Tampak dan ada di Candi Gentong ini tentu merasa bingung untuk bisa tahu bagaimana bentuk candi Gentong  yang sebenaranya bila dalam keadaan utuh.Dalam kesederhanaan dan bentuknya yang cukup misterius, Candi Gentong ini mempunyai pesona keindahan tersendiri.   

Sayang sekali, pada atap bangunan yang menanungi candi Gentong banyak yang berlubang cukup besar .Tentu bisa dibayangkan akibatnya dan keadaan di dalam candi dan sekitarnya ketika hujan deras dan air hujan itu jatuh ke dalam candi melalui lubang di atap yang jumlahnya sangat  banyak  itu. Apalagi candi Gentong itu terbuat dari batu bata.








Patung Dewi Kwan Im Di Pantai Surabaya

Dewi Kwan Im merupakan seorang Dewi dalam ajaran Tri Dharma yang dikenal sebagai Dewi Penyayang dengan ajaran  Welas Asih. Ada berbagai bentuk penampilan dari Dewi Kwan Im ini.

Salah satunya adalah berupa patung  Dewi Kwan Im yang terdapat di  kompleks Sanggar Agung di kawasan wisata Pantai KenPark - Surabaya.Lokasinya juga berdekatan dengan Patung Budha Empat Wajah.
Patung yang berada di belakang sanggar agung itu tampak berdiri megah di tepi pantai kenjeran. Bentuk dan ukurannya juga cukup menakjubkan karena memiliki tinggi sekitar 20 meter dengan jubahnya yang  berwarna putih kebiruan.

Patung Dewi Kwan Im berada diatas gerbang sepasang naga yang juga berukuran cukup besar dan megah. Kedua naga yang berwarna hitam kebiruan  itu tampak sedang bermain bola api kecil yang ada di atasnya.

Patung itu diapit oleh sepasang anak kecil dengan posisi tangan yang menyembah dan mata yang terpejam. Selain itu juga diapit oleh empat Dewa Penjaga Langit dengan formasi dua dewa di bagian kanan dan dua dewa di bagian kirinya. Pada Dewa yang terdapat di bagian kanan mengenakan jubah berwarna merah dan kuning dengan membawa payung. Sedangkan Dewa yang ada di sampingnya mengenakan jubah berwarna hitam dan kuning dengan kulit wajah dan tubuhnya yang berwarna hijau.

Untuk Dewa yang berada di  bagian kiri mengenakan jubah yang berana hijau dan kuning dengan membawa dua pedang. Pada Dewa yang ada di sampingnya mengenakan jubah berwarna merah dan biru dengan membawa alat musik kecapi.


Menyaksikan ornamen yang megah tersebut laksana Gerbang Naga di Langit yang beralaskan lautan. Pada bagian atas Gerbang Naga tersebut terdapat dua menara penangkal petir untuk melindungi patung Dewi kwan Im mengingat ukuran patungnya yang cukup tinggi di areal yang terbuka.

Bagi umat Tri Dharma yang datang dan beribadah di Sanggar Agung ini tentu juga melakukan persembahyangan dan penghgormatan pada Patung Dewi Kwan Im dan Dewa-Dewa Penjaga lainnya. 

Setelah beribadah , tentu mereka tidak melewatkan kesempatan untuk berfoto ria di gerbang yang indah tersebut atau bersantai ria dengan menikmati panorama alam pantainya. Begitu juga umat yang beragama lainnya yang datang ke Sanggar Agung ini untuk menikmati pesona keindahan Gerbang Naga tersebut.

Sayang, pantai yang ada di kawasan ini tidak berair jernih dan berpasir putih. Sebaliknya, pantainya berair keruh dengan lumpur yang tampak berwarna hitam.Adanya Gerbang naga dengan Patung Dewi Kwan Im ini terasa memberikan nuansa kekaguman dan keindahan tersendiri yang terasa tiada hentinya.

Free Trial 41.000 Movies  + TV  Episode = Amazon Prime 

======================================================================

Dijual Tablet Smartfren New Andromax Tab 7.0 


Hadiah Lomba dari Vivanews. 

Kondisi 100% Baru, Lengkap dan Tersegel.

Harga Penawaran Rp 1,5 juta

Barang Langka - Stock Galeri Smartfren Sudah Kosong Lama

Harga Tablet Smartfren New Andromax Tab 8.0 Rp 2,3 juta

Kontak Agung - 0823 3388 7121

======================================================================



 ====================

===============

Artikel-artikel Menarik lainnya bisa Anda baca 

di Link berikut ini :











Selasa, 30 Oktober 2012

Museum WR. Soepratman Yang Sederhana Dan Minimalis


Bangunan rumah itu berbentuk kuno dengan didominasi oleh warna putih.dan krem. Arsitektur bangunannya ala rumahdi daerah tropis Bagian  depan rumah itu tampak asri dengan  terdapat taman  beraneka jenis tanaman. Sebuah tiang bendera yang mengibarkan bendera merah putih juga ada disana.

Yang menarik, disana juga terdapat sebuah patung yang berwarna hitam. Patung itu menggambarkan sosok seorang pria yang berkacamata dengan mengenakan jas dan dasi sedang memainkan biola. Melihat patung  itu tentu banyak yang mengetahuinya bahwa patung itu menggambarkan sosok WR. Soepratman, pencipta lagu Indonesia Raya yang menjadi lagu kebangsaan negara Indonesia.
Bangunan itu merupakan rumah kediaman WR. Soepratman semasa masih hidup dan tinggal di kota Surabaya.  Rumah yang kini difungsikan menjadi Museum WR. Soepratman itu berlokasi di Jalan Mangga 21 - Tambaksari yang dekat dengan  Gelora 10 Nopember Tambaksari - Surabaya.

Wage Rudolf Soepratman lahir di Jatinegara pada 9 Maret 1903. Pahlawan Nasional ini  pernah tinggal di rumah  ini, sejak tahun 1936 hingga dia wafat tahun 1938 dan Makam WR. Soepratman  ada di Surabaya. Setelah ditinggal keluarga W.R. Supratman pada masa revolusi 1945, rumah tersebut ditempati oleh keluarga Cina sampai 1974. Setelah itu, rumah tersebut dibiarkan kosong selama 27 tahun.

Museum ini merupakan cagar budaya yang dilindungi Undang-Undang No. 592 dan Peraturan Pemerintah Nomer 10 Tahun 1993. Persemian Museum WR. Soepratman dilakukan  pada tgl 28 Oktober 2003 oleh Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika.

Bangunan museum WR. Soepratman cukup kecil dengan terdiri dari tiga ruangan yang tidak terlalu luas.Tak banyak benda koleksi yang bisa dijumpai dalam museum ini.Pada ruangan tengah hanya terdapat rak kayu  untuk memajang koleksi. Namun tak ada koleksi apapun dalam rak display itu. 
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Break Session :

Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
  






================================================================

Pada ruangan ini hanya terdapat pajangan lembaran kertas fotokopiberupa Piagam Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama  dari Presiden Republik Indonesia  Ir. Soeharto kepada almarhum Wage Rudolf Soepratman.

Untuk ruang yang kedua menyimpan koleksi berupa lembaran-lembaran kertas fotokopi yang bertuliskan syair dan notasi lagu-lagu yang diciptakan oleh Wage Rudolf  Soepratman. Selain itu juga terdapat pajangan foto dari dua piringan hitam yang didalamnya terdapat rekaman asli lagu Indonesia Raya pada masa lampau.

Piringan hitam yang asli  itu berada di Museum Sumpah Pemuda - Jakarta. Piringan hitam dengan tulisan Lagoe Indonesia Rajah  itu cukup menarik karena diproduksi pada tahun   1930 oleh NV. Kuchenmeisters Internasionale Ultraphon Mastschappij di Amsterdam - Belanda.Untuk piringan hitam yang satunya dengan terdapat tulisan Lokananta  dan Indonesia Raya - WR Soperatman itu diproduksi oleh Recordinfg Department - Radio Republik Indonesia.

Pada ruangan yang ketiga terdapat pajangan foto lama WR. Soepratman dan foto lama makam  WR. Soepratman di loaksi lama sebelum dipugar dan dipindah ke lokasi makam yang baru di Jalan Raya Kenjeran.

Karena tak banyak benda-benda koleksi yang bisa dijumpai di museum WR. Soepratman, menjadikan patung WR. Soepratman dan bagian depan museum menjadi lokasi favorit untuk berfoto ria untuk mengenang jejak perjuangan WR. Soepratman di Surabaya.

Walau untuik itu mereka harus bergantian dengan pengguna jalan lainnya karena museum itu berada di tepi jalan kecil di kawasan perkampungan.