Kamis, 18 Juli 2013

Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk Di Lamongan

Mendengar nama Van Der Wijk, benak kita biasanya tertuju pada kisah fiksi dalam novel terkenal  Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk karya Buya Hamka.




Namun di   Kabupaten Lamongan – Jawa Timur, Kisah tenggelamnya  Kapal Van Der Wijk itu bukanlah fiksi karena memang benar-benar terjadi.


  Ini terlihat dari adanya monumen di daerah kecamatan Brondong   - Lamongan.

 


Monumen itu  dibangun oleh pihak Belanda untuk mengenang kisah tenggelamnya kapal itu di perairan Lamongan pada tahun…

Monumen itu juga  untuk mengucapkan terima kasih dari pihak Negara Belanda kepada warga Lamongan yang pada saat  musibah itu terjadi   telah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk dan usaha.
 
Kapal Van Der Wijk adalah  kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang saat ini merupakan cikal bakal Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) .Pada saat itu kapal itu melayani route pelayaran di kawasan perairan di Hindia Belanda .


Kapal Van der Wijk dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam pada  tahun 1921 dengan berat tonase 2.596 ton dan lebar kapal 13,5 meter. 


Kapal ini mendapat nama panggilan "de meeuw" atau "The Seagull", karena sosok dan penampilan kapal ini yang tampak sangat anggun dan tenang.
    

Saat pelayarannya yang terakhir, kapal Van der Wijk berangkat dari Bali ke Semarang dengan singgah terlebih dahulu di Surabaya. 


Kapal   Van Der Wijk  pada hari selasa tanggal 20 Oktober  1936 tenggelam ketika berlayar  di perairan Lamongan, tepatnya 12 mil dari pantai Brondong. 

 


Jumlah penumpang pada saat itu adalah 187 warga Pribumi dan 39 warga Eropa. Sedangkan jumlah awak kapalnya terdiri dari seorang kapten, 11 perwira, seorang telegrafis, seorang steward, 5 pembantu kapal dan 80 ABK dari pribumi.

 

Menurut Wikipedia ,  musibah  tenggelamnya kapal ini mengakibatkan 4 korban meninggal dunia  dan 49 orang hilang ditelan ombak laut.Sedangkan  menurut  Theshiplist.com mengabarkan ada korban  58  orang yang meninggal. Koran De Telegraaf, 22 Oktober 1936,  menulis 42 orang korban yang hilang. 

 
Jumlah yang tidak pasti ini dikarenakan jumlah penumpang kapal tidak sesuai dengan manifest. Ada banyak kuli angkut pribumi yang tidak tercatat, kemungkinan merekalah yang banyak hilang.
 
Van Der Wijk itu sendiri  adalah nama seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang diangkat Ratu Emma van Waldeck-Pymont pada tanggal 15 Juni 1893. Ia mulai memerintah tahun 17 Oktober 1893 sampai 3 Oktober 1899. Nama panjangnya adalah Carel Herman Aart van der Wijk.

Monumen Van Der Wijk ini berada di halaman kantor Perum Prasana Perikanan Samudra Cabang Brondong, yang berada  di belakang gapura menuju Pelabuhan dan Tempat PeIelangan Ikan -  Brondong.
 Monumen itu berbentuk seperti pos pemantau kawasan pantai. Tinggginya sekitar 15 meter dengan  dominasi warna biru dan kuning. Pada beberapa bagiannya tampak warna catnya sudah mulai kusam dan terkelupas.
Di Monumen Van Der  Wijk itu terdapat dua prasasti yang berada di dinding barat dan timur monumen. Prasasti itu terbuat dari pelat besi dan bertuliskan dalam bahasa Belanda dan bahasa  Indonesia. Pada prasasti yang berada di sebelah timur tertulis :

Sedangkan prasasti pada sebelah barat tertulis :

Tanda Peringatan  Kepada Penoeloeng-Penoeloeng Waktu Tenggelamnya Kapal " VAN  DER WIJCK "   DDO 19-20- october 1936 . "

Lokasi Monumen Van Der Wijk sebenarnya terletak tak jauh dari Jalan raya baik yang menuju ke pelabuhan dan TPI Borondong atau jalan raya Pantai Utara  Lamongan. Namun karena tak adanya papan nama atau petunjuk tentang monumen  Van Der Wijk, banyak orang awam yang menganggap monumen  itu sebagai bagian dari bangunan kantor.
Apalagi di sekitar lokasi monumen  juga terdapat bangunan menara atau tower yang terbuat dari besi. Banyaknya kendaraan yang parkir di sekitar monumen  juga menjadikannya seolah semakin tenggelam keberadaannya.
 Monumen Van Der Wijk ini menjadi saksi bisu tentang kisah yang mengharu- biru dari musibah tenggelamnya Kapal Van Der Wijk di perairan Lamongan.



Artikel-artikel Menarik lainnya bisa Anda baca 

di Link berikut ini :


Break Session :

  

Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio 
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio 
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track 
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio

Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban  
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar