Rabu, 25 Juli 2012

Bubur Suruh Yang Unik Di Makam Sunan Bonang


Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam. Di berbagai daerah di nusantara, pada bulan ini banyak dilakukan tradisi tahunan  yang berkaitan dengan bulan Ramdhan atau tentang  dunia dan sejarah islam. 
Salah satunya adalah tradisi tahunan Bubur Suruh yang diadakan di kwaan wisata Makam Sunan Bonang yang berada di kelurahan Kutorejo, tak jauh di sebelah barat alun-alun kota Tuban.
Tradisi Bubur Suruh ini dilakukan sejak awal hingga berakhirnya Bulan Ramadhan. Merupakan tradisi memasak bubur dan membagikannya kepada siapa saja yang datang di kawasan wisata dan berminat memakannya sebagai menu untuk buka puasa.
Bubur Suruh itu berwarna agak kuning dan bentuknya sepintas seperti bubur jagung.  Namun rasanya cukup gurih seperti rasa sayur kari atau sayur berkuah santan lainnya. Bubur Suruh terbuat dari  tepung beras, santan kelapa , bumbu gurih, kayu manis, sedikit daging dan lemak.
Bubur Suruh dimasak pada siang hari selepas shalat Dhuhur  dengan menggunakan wajan besi yang berukuran cukup besar. dan dibagikan sore hari menjelang  saat buka puasa.  Dalam sehari menghabiskan bahan tepung beras sebanyak 20 kg dan bahan-bahan lainnya.
Pada setiap hari sekitar jam 4-5 sore, di halaman masjid yang ada kawasan makam Sunan Bonang ini banyak didatangi oleh warga.
Mereka dengan beragam usia itu datang dengan membawa wadah seperti piring, mangkok, baskom termos  dan wadah lainnya untuk mendapatkan bubur yang dibagikan secara gratis itu. 
Bagi mereka yang mendapatkan bubur itu untuk dibawa dandimakan di rumah itu tidak mendapatkan tambahan buah kurma.
Sedangkan bagi mereka yang berada dan berbuka di masjid, pada buburnya mendapatkan tambahan dua biji kurma, buah dan makanan lainnnya plus  segelas minuman teh  atau kopi.


 --------------------------------------------------------------------------------------------------------
Break Session :
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
  








================================================================
Tak jelas entah sejak kapan tradisi Bubur Suruh ini mulai diadakan dan dilakukan di Makam Sunan Bonang. Namun yang jelas, tradisi itu sudah ada sejak lama dan masih dilakukan sampai saat ini.
Konon, tradisi  Bubur Suruh ini meniru tradsi bubur yang berasa gurih dan biasa dilakukan di Negara-negara yang berada di  jazirah Arab. Di sana bubur semacam ini disebut dengan Bubur Harizah.
Menurut Gus Mbeling, salah seorang pengurus lapangan di makam Sunan Bonang, dulu traidi Bubur Suruh ini pernah diganti dengan membuat dan membagikan nasi. Namun, beberapa saat setelah mengganti Bubur Suruh itu dengan nasi, ada salah seorang penguyrus yang merasa di sabet dengan kibasan ekor ‘ kuda gaib ‘ di salah satu sudut kawasan makam Sunan Bonang.

Akibatnya, penggantian dengan nasi itupun tidak diteruskan dan kembali mengadakan tradisi Bubur Suruh seperti semula.
Penggunaan Nama Bubur Suruh itu pun konon karena saat pembagian Bubur ini saat menjelang senja , yang dalam bahasa Jawa disebut dengan Surup, yang kemudian menjadikan bubur ini disebut dengan Bubur Surup.


Frase  Bubur Surup itulah yang seiring dengan berjalannya waktu  kemudian berganti karena  warga lebih familier  menyebutnya dengan Bubur  Suruh.
Apapun itu, yang jelas tradisi Bubur Suruh ini menjadi salah satu khazanah tentang jenis dan ragam  bubur di Nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar