Selasa, 02 Oktober 2012

Sisi Lain Dari Monumen Suro Dan Boyo


Monumen Suro dan Boyo adalah salah satu monumen yang ada di Kota Surabaya – Jawa Timur. Dengan bentuknya yang cukup unik dan khas berupa satwa ikan Sura ( Hiu ) dan Buaya, monument ini menjadi land mark yang sangat popular di Surabaya.

Monumen Suro dan Boyo berada di Jalan Setail yang ada di depan wisata Kebun Binatang Surabaya ( Surabaya Zoo ). Monumen yang tampak berwarna abu-abu dan putih  ini dikelilingi oleh taman yang cukup asri. 

Setiap harinya, ada banyak orang baik wisatawan maupun warga lokal Surabaya yang berfoto ria di monumen ini.

Begitu juga ada banyak fotografer amatir yang menawarkan jasanya dengan memotret pengunjung dengan menggunakan monument Suro dan Boyo sebagai spot pemotretan.  
Tarif pemotretan berkisar Rp 15.000-Rp 20.000 untuk per lembar fotonya yang bisa segera diproses  dan dicetak.
 
Fotografer amatiran itu biasanya mangkal di depan loket wisata Kebun Binatang Surabaya. Sosok mereka  bisa mudah dikenali karena selain mereka membawa kamera digital yang berukuran cukup besar juga dengan membawa lembaran kertas yang berisi contoh foto-foto karya mereka.
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Break Session :
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
  






================================================================

Monumen Suro dan Boyo ini memiliki kisah yang menarik karena berkaitan dengan sejarah tentang Kota Surabaya dalam berbagai versinya.


Diantara versi itu ada yang mengatakan bahwa Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup dan mati Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon setelah mengalahkan tentara Tar Tar, Raden Wijaya mendirikan sebuah kraton di Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu.


Lama-lama karena menguasai ilmu buaya, Jayengrono makin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu Sura.

 
Ada juga versi lainnya yang berkisah bahwa kata Surabaya muncul dari mitos pertempuran antara ikan Suro (Sura) dan Boyo (Baya atau Buaya), yang merupakan  perlambang perjuangan antara darat dan laut.

Versi berikutnya adalah Walikota Surabaya  Soeparno yang pada tahun 1975  melalui Surat Keputusan No. 64/WK/75 menetapkan tanggal 31 Mei 1293 sebagai hari jadi Kota Surabaya. 

Penetapan itu berdasar kesepakatan sekelompok sejarawan yang dibentuk pemerintah kota bahwa nama Surabaya berasal dari kata  Sura Ing Bhaya  yang berarti keberanian menghadapi bahayayang  diambil dari babak dikalahkannya pasukan Mongol oleh pasukan Jawa pimpinan Raden Wijaya pada tanggal 31 Mei 1293.
                                
Lambang dari Kota Surabaya versi jaman doeloe itu sendiri salah satunya digunakan sebagai lambang dari RoodeBrug  Soerabaia, sebuah komunitas pegiat dan penikmat  sejarah dan perjuangan di Surabaya.

 
Komunitas ini juga memproduksi souvenir khas Surabaya yang diantaranya dengan membuat kaos dan souvenir lainnya yang berdesain lambang Surabaya versi lama itu.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar